PONDOK PESANTREN AL-QODIRI 1 JEMBER

LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PESANTREN

Ketik Kata Kunci

TERKENAL KARENA KEHILANGAN

Selasa, 24 September 2019, Selasa, September 24, 2019 WIB Last Updated 2019-09-25T02:13:54Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
TERKENAL KARENA KEHILANGAN

Saya dulu selesai belajar di pesantren Al-Qodiri 1 Jember tahun 1996. Namun hingga tahun 1999 masih tetap mengajar di pesantren Al-Qodiri.
Tahun 1998, suatu hari saya didatangi KH Abdullah Jailani (pak Ustad), pada waktu itu beliau mampir setelah menjenguk putrinya yang dipondokkan di pesantren assuniyah kencong. Pak ustad mengatakan ke saya bahwa saya dapat dalam dari kiai muzakki untuk mengadakan manaqib syaikh abdul qodir jailani meski hanya dua atau tiga orang yang ikut.
Tanpa berfikir panjang, saya pun mengadakan manaqib. Pada waktu itu saya niatkan untuk mengadakan manaqib sebulan dua kali. Dan pada waktu malam pertama saya mengadakan manaqib ini saya mendapatkan ujian. Pada waktu itu saya punya enam kambing. Dan menurut saya, enam kambing tersebut sangat berarti bagi saya. Dan ternyata pada malam pembukaan manaqib tersebut, semua kambing tersebut diambil orang alias saya kemalingan.
Saya sudah pusing kehilangan itu. Sudah tidak punya apa-apa malah enam kambing hilang semuanya. Dan kemudian pada waktu manaqib yang selanjutnya sapi saya hilang juga. Saya benar-benar bingung pada waktu itu. Saya harus bagaimana.
Akhirnya ada yang menyarankan ke saya agar saya sowan / nyabis ke kiai muzakki. Dan pada saat saya sudah sampai depan pesantren, ternyata kiai sudah siapa di ndalem sambil menemui para tamu. Ketika melihat saya dari kejauhan, ternyata kiai langsung tersenyum ke saya.
“waduh, ada apa kiai kok senyum ke saya?” kata saya.
Lalu saya masuk, saya cium tangan kiai dan bersimpuh di hadapan beliau, dan beliau langsung mengatakan ke saya,
“Piye lee manaqibannya? Masih kuat?” bagaimana anakku, apa masih manaqiban?)dawuh beliau.
“Inggih kiai, kulo tasek manaqiban” (Ia kiai, saya masih manaqiban). Jawab saya.
“hmmm, yo lanang tenan lek ngono” (laki-laki sungguhan kalo gitu).
Dari mana kiai tahu kalo saya kemalingan. Padahal saya tidak menceritakan itu ke orang-orang luar. Dan pada waktu itu jarang sekali orang punya hape. Kalo sekarang kan sudah banyak.
Lalu beliau meneruskan dawuhnya,
“Kanggo mbalekne sapi karo wedhus mungguhe Allah kuwi gampang banget. Sampean kuwi bakal terkenal sebab kelangan sapi karo wedhus iki” (untuk mengembalikan sapid an kambing itu, bagi Allah itu sangat mudah. Kamu akan terkenal disebabkan kehilangan sapi dan kambing ini”
Dan ternyata benar, disebabkan saya kehilangan sapi dan kambing itu, saya jadi terkenal. Banyak kabar dari orang satu ke yang lain mengatakan ada seorang ustad yang kehilangan sapi dan kambing. Akhirnya banyak yang datang ke saya untuk minta diobati, minta doa dan lain-lain.
Singkat kata tidak lebih dari satu bulan, saya sudah bisa membeli sapi lagi dan bisa beli sepeda motor dan hingga hari ini motor tersebut masih ada. Saya buat kenang-kenangan.
Akhirnya ada beberapa santri yang modok disini. Sedikit-sedikit dan akhirnya sudah banyak seperti sekarang ini. Dan semoga akan terus bertambah.
Kiai muzakki itu sangat peduli ke santri. Dan yang membuat bangga kiai itu adalah seorang santri itu mau mengamalkan ilmunya. Kalau ada santri kaya itu biasa. Senang ya senang tapi tidak seberapa senang. Tapi jika ada santri yang punya langgar/ mushalla, punya santri dua atau tiga itu kiai senang. Senang sekali. (fifa)
*** cerita ini diperoleh dari wawancara eksklusif, dari beliau, KH Khumsun, Pengasuh Pesantren Barakatul Qodiri / Al-Qodiri 2 Gumukmas Jember.

Komentar

Tampilkan

Terkini

Followers